s

Kamis, 14 November 2013

PAPUA CINTA INDONESIA PASCA PEPERA 1969

Koran Belanda De Volkskrant menampilkan berita tentang gejolak di Papua, soal tuntutan merdeka warga Papua serta tindaka pihak keamanan Indonesia di sana secara panjang lebar. Setelah lima puluh tahun, tulis koran itu, sebagai dikutip Radio Nederland, Senin (16/1/2012), orang Papua juga masih merasa dikhianati Belanda. Kemerdekaan yang dijanjikan Belanda kepada rakyat Papua, tak kunjung datang.
Cita-cita kemerdekaan itu masih hidup di hati orang Papua. Namun cita-cita itu ditindas dengan keras oleh pemerintah Indonesia, demikian De Volkskrant mengawali laporannya.
Ketika Belanda menyerahkan kekuasaan kepada Indonesia pada 1949, Nieuw-Guinea, nama Papua di zaman Belanda, tetap dipertahankan sebagai wilayah jajahan Belanda. Alasannya apa, tidak jelas. Mungkin karena Belanda masih mau mempertahankan pengaruhnya di kawasan, tulis De Volkskrant.

Lalu Belanda pun membangun kawasan itu dan berupaya untuk menjadikannya sebagai kawasan jajahan teladan. Mungkin tujuannya untuk menunjukkan ke mata dunia, bahwa penjajahan itu tidak selalu buruk.

Namun Indonesia tetap menuntut kawasan itu dan mengancam perang. Malah Indonesia beberapa kali mencoba melakukan invasi. Dunia internasional semakin mendesak Belanda untuk melepas daerah jajahannya itu, untuk mencegah bertambah parahnya kondisi.

Cikal bakal
Namun Belanda tidak mau sama sekali menyerahkan Papua kepada Indonesia. Belanda malah menyiapkan kemerdekaan kawasan itu. Maka pada 1 Desember 1961 Nicolaas Jouwe memperkenalkan bendera Bintang Kejora. Lalu dibentuklah Dewan Nieuw-Guinea, yang berfungsi sebagai cikal bakal pemerintah Papua Merdeka.

Indonesia menentang dengan sengit dan akhirnya tercapai kompromi di PBB. Kawasan itu akan dimasukkan di bawah naungan PBB dan lama kelamaan akan digelar "act of free choice", semacam referendum, supaya rakyat Papua bisa menentukan pilihan merdeka atau tidak.

Namun Indonesia cepat-cepat menginvasi kawasan itu sebelum Belanda hengkang dari sana. Pada 1969 "referendum" yang kontroversial itu digelar. Sekelompok orang Papua yang sudah dipilih lebih dahulu dipaksa memilih untuk bergabung dengan Republik Indonesia.

Dunia internasional sempat memprotes, tapi akhirnya pasrah juga. Sejak itulah Nieuw-Guinea menjadi provinsi Indonesia dan diberi nama Irian Jaya. Ibu kota Holandia diganti dengan Jayapura.

Dari cerita di atas jelas sekali orang Papua saat itu dijanjikan oleh Belanda untuk merdeka. Tapi janji itu tak terpenuhi Belanda. Karena janji Belanda itulah, orang Papua kecewa."Orang Papua dikhianati politisi," demikian bunyi judul berita di De Volkskrant.

semua hal tersebut kembali lagi kepada Orang Papua untuk menyadarkan pihak pemerintah pusat (Jakarta) bahwa inilah kami, yang diangkat oleh Bunda Pertiwi namun kami merasa di anak tirikan semenjak 1969 sampai dengan saat ini, memang memasuki era Otonomi daerah ada sedikit makanan tambahan, namun dalam makanan tambahan tersebut sering banyak bumbu yang mengakibatkan makanan itu terasa asin dan pedis bagi orang papua itu sendiri.

""" DEMIKIAN SEMENTARA BEGITU DULU YAH"""

Tidak ada komentar:

Posting Komentar